Selasa, 30 April 2013

Makalah Kreativitas


Kreativitas menurut Wanei (dalam Etty, 2003) merupakan kemampuan mental untuk membentuk gagasan atau ide baru. Hal senada juga dikemukakan oleh Fuad Nashori (2002) kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Kemampuan ini merupakan aktivitas imajinatif yang hasilnya merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, sehingga menghasilkan hal yang baru, lebih berarti, dan lebih bermanfaat. Sementara itu, Bobbi DePorter & Mike Hernacki mengartikan kreativitas sebagai “…….. melihat hal yang dilihat orang lain, tetapi memikirkan hal yang tidak dipikirkan orang lain”.
Pada umumnya kreativitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan berpikir sesuatu dengan cara yang baru dan langka, serta menghasilkan penyelesaian yang unik. Kreativitas dalam pribadi mencerminkan keunikan individu dalam berpikir dan mengungkapkan sesuatu. Suatu karya yang dikatakan kreatif merupakan definisi kreativitas sebagai produk.

Kreativitas sebagi proses menjelaskan bahwa kesibukan diri individu secara kreatif yang menunjukkan kelancaran, keaslian, dan fleksibilitas dalam berpikir. Situasi kehidupan atau lingkungan sosial, kultural, dan kerja memberikan kemudahan dan mendoron individu untuk menampilkan pikiran dan bertindak secara kreatif.
Dari penjelasan singkat diatas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir, bersikap, dan bertindak sesuatu dengan cara yang baru dan langka dalam memecahkan suatu masalah, sehingga menghasilkan penyelesaian yang orisinil dan bermanfaat.
Kreativitas dan Intelegensi
Masalah kreativitas sebagai bagian dari kecerdasan manusia banyak dibicarakan dalam hubungannya dengan intelegensi. Tentang hubungan antara kreativitas dan intelegensi ada berbagai pendapat dan penelitian dengan hasil yang berbeda-berbeda. Ada yang menemukan keduanya berkorelasi dan sebaliknya ada yang tidak berkorelasi.
Menurut penelitian Kuwato (1996) intelegensi ternyata tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan kreativitas. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Munandar (1995) yang menyatakan tidak sepenuhnya benar anggapan bahwa intelegensi mencerminkan kreativitas. Sementara pendapat dan hasil penelitian lain menunjukkan adanya korelasi intelegensi dan kreativitas, walaupun korelasi tersebut tidak begitu kuat. Misal Getzels & Jackson sebagaimana dikutip Wallach & Kogan (2002) menemukan bahwa rata-rata korelasi antara kreativitas dan intelegensi adalah sebesar 0,26. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Vernon ((1964, 1975) bahwa kreativitas hanya merupakan bagian kecil dari intelegensi sehingga intelegensi yang tinggi tidak selalu menunjukkan kreativitas yang tinggi pula. Penelitian lain menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan intelegensi dan kreativitas hanya ditemukan pada kelompok intelegensi rendah (Amabile, dalam Kuwato, 1996), sedangkan pada kelompok yang lebih tinggi korelasi itu tidak begitu kuat. Dari sini didapatkan satu temuan bahwa untuk kelompok intelegensi sedang dan tinggi tidak ada korelasi antara intelegensi dan kreativitas. Dalam hal produk, terdapat perbedaan antara intelegensi dan kreativitas. Intelegensi memberikan produk yang bersifat logis (konvergen) sedangkan kreativitas memberikan produk yang memiliki sifat original (divergen). Proses berpikir didalam intelegensi menekankan pada sifat logis, sedangkan proses berpikir didalam kreativitas lebih bersifat heuristic (Entwistle, 1981)
Perkembangan Kreatifitas
1.Tahap sensori – motorik ( 0 – 2 tahun)
Pada tahap ini belum memiliki kemampuan untuk mengembangkan kreativitasnya. Sebab, pada tahap ini tindakan-tindakan anak masih berupa tindakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap objek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan reflek-reflek, belum memiliki konsep tentang diri, ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.
2. Tahap Praoperasional ( 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini kemampuan mengembangkan kreativitas sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai tumbuh karena anak sudah mulai mengembangkan memori dan telah memiliki kemampuan untuk memikirkan masa lalu dan masa yang akan dating, meskipun dalam jangka waktu pendek.
3. Tahap Operasional Konkrit ( 7 – 11 tahun)
Faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah :
a. Anak sudah mulai mampu untuk menampilkan operasi-operasi mental
b. Mulai mampu berpikir logis dalam bentuk yang sederhana
c. Mulai berkembang kemampuan untuk memelihara identitas-identitas diri
d. Konsep tentang ruang sudah semakin meluas
e. Sudah amat menyadari akan adanya masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
f. Sudah mampu mengimajinasikan sesuatu, meskipun biasanya masih memerlukan bantuan       objek-objek konkrit.
4. Tahap Operasional Formal ( 11 tahun ke atas)
Ada beberapa faktor yang mendukung berkembangnya potensi kreativitas ini, yakni :
a. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi tindakan secara proposional berdasarkan pemikiran logis
b. Remaja sudah mampu melakukan kombinasi objek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis
c. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang ruang relative
d. Remaja sudah memiliki pemahaman tentang waktu relative
e. Remaja sudah mampu melakukan pemisahan dan pengendalian variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks
f. Remaja sudah mampu melakukan abstraksi relative dan berpikir hipotesis
g. Remaja sudah memiliki diri ideal
h. Remaja sudah menguasai bahasa abstrak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas seseorang, menurut Munandar terdiri dari aspek kognitif dan aspek kepribadian (yang saling berinteraksi). Aspek kognitif terutama kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (intelegensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Faktor kepribadian yang mempengaruhi kreativitas antara lain meliputi dorongan ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, sifat asertif, dan keberanian mengambil resiko. Perlu dicatat bahwa latihan-latihan terhadap kreativitas khususnya dan kemampuan intelektual pada umumnya, tidak banyak mengalami perubahan lewat latihan-latihan yang bersifat kognitif (terutama latihan berpikir), tetapi justru hal yang banyak menentukan perkembangan kreativitas adalah melalui latihan-latihan pengembangan non kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu yang baru, penambahan motivasi untuk berkreasi, dan sifat berani menanggung resiko serta pengembangan kepercayaan diri dan harga diri (Davis, dan Bull, 1978; Lott, 1978; Sobel, 1980; Munandar, 1995).
Disamping aspek kognitif dan kepribadian yang mempengaruhi kreativitas, faktor yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kreativitas adalah lingkungan (lingkungan sekolah, rumah tangga, maupun dalam masyarakat). Faktor lingkungan yang terpenting adalah lingkungan yang memberi rasa aman dan dukungan atas kebebasan individu (Semiawan, 1994). Perasaan aman tersebut memberikan kebebasan dan dorongan untuk melakukan kreativitas. Jadi esensi suasana lingkungan yang membantu kreativitas ialah suasana yang tidak mengikat atau membatasi kebebasan (otokratis). Tentu kebebasan yang tepat adalah kebebasan yang oleh Amabile (1983) disebut sebagai non-konformitas yang terbatas (a limited non-conformist), yaitu kebebasan yang tetap mengacu pada norma yang berlaku, tetapi tersedia kesempatan dan hak mandiri dan independent, dan tetap saling menghargai sehinggga memungkinkan rasa aman yang dinamis yang akan memberikan rangsangan dan kesempatan kreativitas (Munandar, 1981). Variabel sosial ekonomi yang cukup misalnya belum tentu dapat memberikan fasilitas untuk kreativitas kalau sekiranya tidak dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu yang lebih penting ialah bagaimana persepsi individu terhadap lingkungan itu sendiri, apakah membentuk atau menimbulkan perasaan aman, bebas demokratis atau terikat otokratis. Suasana otokratis membatasi kebebasan termasuk kebebasan mengekspresikan pikiran, perasaan, tindakan serta mengurangi penghargaan dan apresiasi terhadap kreativitas itu sendiri. Pada dasarnya suasana otokratis bersifat menghambat daripada mendorong kreativitas (Amabile, 1994).
Tahap Proses Kreatif
Menurut Graham Wallas (1926), kreativitas merupakan proses 5 tahap:
1. Preparation (Persiapan) --- Proses pengumpulan informasi dan menginvestasikan masalah.
2. Incubation (Pengendapan) --- secara tidak sadar memikirkan problem
3. Intimation
4. Ilumination (iluminasi) --- menyadari cara-cara baru dalam memecahkan masalah.
5. Verification (menguji) --- mengimplementasikan temuan.
Proses kreatif menurut Bobbi De Porter & Mike Hernacki (2001:301) dalam bukunya Quantum Learning mengalir melalui lima tahap, hatap-tahap tersebut sebagai berikut :
1. Persiapan -- Mendifinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.
2. Inkubasi --- Mencerna fakta-fakta dan mengolahnya dalam pikiran.
3. Iluminasi --- Mendesak ke permukaan, gagasan-gagasan bermunculan.
4. Verifikasi --- Memastikam apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah.
5. Aplikasi ---- Mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi tersebut
Proses Kreatif menurut David Cambell urutannya sebagai berikut
1. Persiapan (preparation) : meletakan dasar, mempelajari latar belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya. Meskipun tidak semua ahli kreatif, namun kebanyakan pencipta adalah ahli. Terobosan gemilang dalam suatu bidang hampir selalu dihasilkan oleh orang-orang yang sudah lama berkecimpung dan lama berpikir dalam bidang itu.
2. Konsentrasi (concentration): sepenuhnya memikirkan, masuk luluh, terserap dalam perkara yang dihadapi. Orang-orang kreatif biasanya serius, perhatiannya tercurah dan pikirannya terpusat pada hal yang mereka kerjakan.
3. Inkubasi (incubation) : mengambil waktu untuk meninggalkan perkara, istirahat, waktu santai. Sebuah busur tak dapat direntang terus-menerus untuk jangka panjang tanpa bahaya patah. Maka kita perlu melarika diri dari perkara yang sedang kita selesaikan, masalah yang hendak kita pecahkan.
4. Iluminasi : mendapatkan ide gagasan, pemecahan, penyelesaian, cara kerja, jawaban baru Bagian paling nikmat dalam penciptaan, tahap AHA! Ketika segalanya jelas, hubungan kaitan perkara gambling, dan penerangan untuk pemecahan masalah, jawaban baru tiba-tiba tampak laksana kilat.
5. Verifikasi/ Produksi : memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan masalah. Tahap AHA!, betapa pun memuaskan, barulah merupakan akhir dari suatu awal. Masih ada pekerjaan berat yang harus dikerjakan.
Mengenali dan mengembangkan Ciri-ciri pribadi kreatif
Pada hakekatnya anak memiliki potensi kreatif, namun tumbuh kembangnya potensi kreatif pada setiap anak tidaklah sama. Setiap anak memiliki masa pekanya sendiri dengan tempo dan irama perkembangan masing-masing yang menentukan (Wenei dalam Etty, 2003). Untuk membentuk pribadi yang kreatif memang berawal sejak masih anak-anak. Semakin dini usia anak, semakin baik untuk mengembangkan kreativitasnya. Ketika anak berusia 3- 7 tahun, peluang pertumbuhan potensi kreatif alamiah sangatlah penting. Apabila anak tidak punya peluang untuk menyalurkan kreativitasnya dengan berbagai larangan atau pembatasan, menurut Etty (2003) ia akan mengalami creativity drop, akibatnya anak cepat putus asa, takut, ragu-ragu, cemas dan kurang percaya diri.
Seseorang yang memiliki kreativitas yang tinggi menunjukkan beberapa ciri, diantaranya yakni
(a) selalu ingin tahu atau memiliki dorongan ingin tahu yang kuat (Munandar, 1985, 1995). Dorongan ingin tahu mencakup bentuk kegiatan psikis yang luas, seperti keinginan mendapatkan pengalaman baru, keinginan bertanya dan mencoba, tertarik pada sesuatu yang belum jelas (misteri), avonturisme, sifat penuh semangat, optimisme, ambisius, minat yang luas, toleransi terhadap kemajemukan serta setuju dalam perbedaan, tekun dan pantang menyerah (energik dan aktif), kritis, dan berani berpendapat (Kuwato, 1996).
(b) Memiliki harga diri dan percaya diri yang tinggi (Butcher, 1973; David & Bull, 1978; Munandar, 1995). Tingginya harga diri dan kepercayaan diri akan menyebabkan individu lebih mantap dalam melakukan pemerkayaan informasi dan lebih berani berinovasi. Harga diri dan kepercayaan diri yang tinggi juga berarti dapat menghargai dan memanfaatkan kesempatan.
(c) Memiliki sifat mandiri atau independen (Kuwato, 1996). Beberapa ahli berpendapat bahwa sifat mandiri merupakan salah satu sifat individu yang dibutuhkan dalam kreativitas. Sifat ini tumbuh dan berkembang antara lain karena telah dicapainya kuantitas dan kualitas bahan pikir yang memadai. Bahan yang memadai akan menambah harga diri dan kepercayaan diri dan pada gilirannya akan memungkinkan tumbuh dan berkembang pribadi yang otonom, perasaan mampu mengurusi diri sendiri, tidak banyak tergantung pada orang lain (Butcher, 1973, Harrington & Anderson, 1981). Sifat mandiri berkaitan dengan keberanian mengambil resiko atau berani mencoba, namun salah satu sifat orang kreatif adalah kurang suka pada konformitas (Butcher, 1973).
(d) memiliki sifat asertif (berani berpendapat), sifat ini merupakan sifat penting dalam kegiatan kreativitas (Butcher, 1973, Davis & Bull, 1978). Sikap asertif dapat dilihat dari sikap (cara kerja) individu melakukan aktivitas yang cenderung lebih berpegang pada tugas dan permasalahannya (task oriented) dan tidak banyak berorientasi pada person (self oriented). Dalam penampakannya sifat asertif sering berupa berani berpendapat, kedisiplinan dan ketegasan.
(e). Keberanian mengambil resiko atau berani mencoba (Kuwato, 1996). Bentuk perwujudan sifat berani mengambil resiko, di antaranya suka berinisiatif, berani mempertahankan pendapat dan berani mengakui kesalahan, tidak terlalu takut, ragu atau malu dikritik, bahkan tidak terlalu takut berbuat salah.
Media kreatif
Sebenarnya ada banyak aktivitas pengembangan potensi kreatif alamiah pada anak-anak peserta didik yang bisa dipupuk melalui berbagai kegiatan, yaitu melalui sosio-drama dimana anak-peserta didik bisa memainkan peran-peran tertentu. Juga melalui games, dongeng, musik dan menyanyi. Selain itu bisa melalui permainan manipulatif (permainan membentuk), permainan reseptif dengan TV, VCD, computer, dan juga dengan permainan ilusi (dengan berfantasi atau berkhayal). Stimulasi mental sangat dibutuhkan untuk pengembangan imajinasi dan pemupukan bakat kreatif anak sejak dini, dan stimulasi mental dapat diberikan dengan menyediakan beberapa media kreatif.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyediakan media kreatif adalah, pertama, tidak perlu rumit dan mahal, sebab semakin rumit suatu media, semakin kurang kelenturan pengembangan imajinasi kreatif anak. Kedua, diupayakan dari material yang tahan lama dan tidak mengganggu kesehatan anak. Ketiga, disesuaikan dengan tingkat usia anak dan diberi rangsangan agar anak dapat bekerjasama. Keempat, berikan dukungan untuk memperkokoh stimulasi mental yang sehat.
Mengembangkan kreatifitas siswa dalam belajar
Begitu pentingnya pengembangan kreativitas siswa tersebut dapat diamati dari bergesernya peran guru yang semula sering mendominasi kelas, kini harus lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil peran lebih aktif dan kreatif dalam suasana yang menyenangkan (learning must be enjoy). Bagaimanapun akan sulit membangun pemahaman yang baik pada para siswa, jika fisik dan psikisnya dalam keadaan tertekan.
Kreativitas siswa dimungkinkan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan sekolah, turut menunjang mereka dalam mengekspresikan kreativitasnya.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hans Jellen dari Universitas Utah AS dan Klaus Urban dari Universitas Hannover Jerman pada Agustus 1987 terhadap anak-anak berusia 10 tahun (dengan sampel 50 anak-anak di Jakarta), menunjukkan bahwa tingkat kreativitas anak-anak Indonesia yang terendah di antara anak-anak seusianya dari 8 negara lainnya. Berturut-turut dari skor tertinggi sampai terendah adalah Filipina, AS, Inggris, Jerman, India, RRC, Kamerun, Zulu ,dan Indonesia.
Hasil studi Jordan E. Ayan (1997) menggambarkan bahwa semasa bayi tingkat kreativitas umumnya masih tinggi, kemudian berkurang dan memudar justru pada saat anak-anak mulai bersekolah. Menurutnya, anak-anak dalam jumlah dua puluh hingga tiga puluhan (bahkan empat puluhan) duduk berderet serta diharuskan tunduk dan patuh pada peraturan dan prosedur yang kaku yang justru membatasi keterampilan berpikir kreatif.
Menapaki dunia pendidikan ke jenjang berikutnya pelan tapi pasti wahana untuk berkembangnya kreativitas justru semakin sempit, kreativitas semakin terpasung. Untuk itu, jangan heran jika selepas menyelesaikan sekolahnya, mereka sukar beradaptasi pada dunia pekerjaannya atau pada lingkup kehidupan kesehariannya oleh karena miskinnya kreativitas yang dimiliki.
Tidak bisa disangkal bahwa kehidupan di era globalisasi sekarang ini telah menyeret para siswa dan anak-anak kita, umumnya yang hidup di perkotaan, oleh pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instant. Jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak menutup kemungkinan akan menjadikan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kreativitas mereka.
Di lingkungan sekolah perlu diupayakan suatu iklim belajar yang menunjang pendayagunaan kreativitas siswa. Untuk itu, guru-guru perlu memperhatikan beberapa hal.
1.      Bersikap terbuka terhadap minat dan gagasan apapun yang muncul dari siswa. Bersikap terbuka bukan berarti selalu menerima tetapi menghargai gagasan tersebut.
2.      Memberi waktu dan kesempatan yang luas untuk memikirkan dan mengembangkan gagasan tersebut.
3.      Memberi sebanyak mungkin kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam mengambil keputusan.
4.      Menciptakan suasana hangat dan rasa aman bagi tumbuhnya kebebasan berpikir eksploratif (menyelidiki).
5.      Menciptakan suasana saling menghargai dan saling menerima, baik antar siswa maupun antar guru dan siswa.
6.      Bersikaplah positif terhadap kegagalan siswa dan bantulah mereka agar bangkit dari kegagalannya tersebut.

KESIMPULAN
Kreativitas menurut merupakan kemampuan mental untuk membentuk gagasan atau ide baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas seseorang, menurut Munandar terdiri dari aspek kognitif dan aspek kepribadian (yang saling berinteraksi). Aspek kognitif terutama kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (intelegensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan keterampilan. Faktor kepribadian yang mempengaruhi kreativitas antara lain meliputi dorongan ingin tahu, harga diri dan kepercayaan diri, sifat mandiri, sifat asertif, dan keberanian mengambil resiko. faktor yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kreativitas adalah lingkungan (lingkungan sekolah, rumah tangga, maupun dalam masyarakat). Seseorang yang memiliki kreativitas yang tinggi menunjukkan beberapa ciri, diantaranya yakni (a) selalu ingin tahu atau memiliki dorongan ingin tahu yang kuat  (b) Memiliki harga diri dan percaya diri yang tinggi (c) Memiliki sifat mandiri atau independen (d) memiliki sifat asertif (berani berpendapat), sifat ini merupakan sifat penting dalam kegiatan e). Keberanian mengambil resiko atau berani mencoba.








DAFTAR PUSTAKA
Ø   

0 komentar: