1. Fisika Sebagai Produk
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan
manusia, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungan. Interaksi itu
memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang
semakin menambah pengetahuan dan kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam
wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang
kreatif dari para ilmuwan dinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara
sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut sebagai
produk atau “a body of knowledge”. Pengelompokkan hasil-hasil
penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan
yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika, kumpulan
pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus,
teori dan model.
a. Fakta
Fakta adalah
keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang terjadi di
alam. Fakta merupakan dasar bagi
konsep, prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan
bahwa, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk
menjelaskan dan memahami fakta.
b. Konsep
Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan
fakta. Konsep memiliki sifat-sifat dan atribut-atribut
tertentu. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin (collette dan chiappetta: 1994)
konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut,
nilai (value), dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya
adalah warna, ukuran, bentuk, bau, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan
intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap
anak. Menurut Herron dan kawan-kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994),
konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun atributnya
dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak
dapat diamati, dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat
diamati.
c. Prinsip dan hukum
Istilah prinsip dan hukum sering digunakan secara bergantian karena dianggap
sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta-fakta dan konsep-konsep.
Ini sangat perlu dipahami bahwa, hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur
kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan
keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum.
d. Rumus
Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum, dan
teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep
dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara
matematis.
e. Teori
Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat
langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas.
Teori tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat
tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang
dikutip oleh Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “kita tidak dapat
membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen mendukung
teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang akan
dating hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita
dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang
menyimpang. Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupun
hukum”
f. Model
Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat
dilihat. Model sangat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam, juga
berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr
membantu untuk memahami teori atom.
2. Fisika sebagai proses
IPA sebagai proses atau juga
disebut sebagai “a way of investigating” memberikan gambaran mengenai
bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan penemuan-penemuan. Jadi IPA sebagai
proses memberikan gambaran mengenai pendekatan yang digunakan untuk menyusun
pengetahuan. Dalam IPA dikenal banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia
untuk menyelesaikan masalah. Para ilmuwan astronomi misalnya, menyusun
pengetahuan mengenai astronomi dengan berdasarkan kepada observasi dan
prediksi. Ilmuwan lain banyak yang menyusun pengetahuan dengan berdasarkan
kepada kegiatan laboratorium atau eksperimen yang terfokus pada hubungan sebab
akibat. Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena
alam dan hukum-hukum yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan
kejadian-kejadian di alam itu. Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus
diselidiki dengan melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya
melalui proses pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi
pemahaman fisika sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi
ilmiah dalam fisika diperoleh, diuji, dan divalidasikan. Dari uraian di atas
kiranya dapat disimpulkan bahwa pemahaman fisika sebagai proses sangat
berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran,
penyelidikan, dan publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke
dalam bagian mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai
proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada diri
siswa.
Indikator dari setiap keterampilan proses yang meliputi: mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis,
merencanakan penyelidikan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan, adalah
seperti daftar di bawah ini.
a. Indikator mengamati (observasi):
- Menggunakan alat indera yang sesuai.
- Memberi penjelasan apa yang diamati.
- Memilih bentuk pengamatan yang sesuai.
- Mencatat persamaan, perbedaan, keteraturan.
- Membandingkan
- Membuat pengamatan dalam perioda tertentu.
- Mencatat kekecualian/atau hal yg tak diharapkan.
- Menjelaskan suatu pola.
- Menemukenali (identifikasi menurut pola tertentu).
b. Indikator mengklasifikasi /mengkatagori/seriasi:
·
Memberi urutan pada peristiwa yang terjadi.
·
Mencari persamaan dan perbedaan.
·
Menentukan kriteria pengelompikkan.
·
Menempatkan pada kelompok tertentu berdasarkan kriteria.
·
Memilih (memisahkan dengan jumlah kelompok tertentu).
·
Mengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang ditemukan dalam
pengamatan
·
Memisahkan dengan berbagai cara.
c. Indikator mengukur/melakukan pengukuran:
- Memilih alat ukur yang sesuai
- Memperkirakan dengan lebih tepat
- Menggunakan alat ukur dengan ketepatan tertentu
- Menemukan ketidakpastian pengukuran
d. Indikator mengajukan pertanyaan:
- Mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
- Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab dengan penemuan ilmiah.
- Mengubah pertanyaan menjadi bentuk yang dapat dijawab dengan percobaan.
- Merumuskan pertanyaan berlatar belakang hipotesis (jawab dapat dibuktikan).
e. Indikator merumuskan hipotesis:
- Merncoba menjelaskan pengamatan dalam terminologi konsep dan prinsip.
- Menyadari fakta bahwa terdapat beberapa kemungkinan untuk menjelaskan suatu gejala.
- Menggunakan penjelasan untuk membuat prediksi dari sesuai yang dapat diamati atau dibuktikan
f. Indikator merencanakan penyelidikan/percobaan:
- Merumuskan masalah.
- Menemukenali variabel kontrol.
- Membandingkan variabel bebas dan variabel terikat.
- Merancang cara melakukan pengamatan untuk memecahkan masalah
- Memilih alat dan bahan yang sesuai
- Menentukan langkah-langkah percobaan
- Menentukan cara yang tepat untuk mengumpulkan data
g. Indikator menginterpretasi/menafsirkan informasi:
- Menarik kesimpulan.
- Menggunakan kunci atau klasifikasi.
- Menyadari bahwa kesimpulan bersifat tentatif
- Menggeneralisasi.
- Membuat dan mencari pembenaran dari kesimpulan sementara
- Membuat prediksi berdasarkan pola atau patokan tertentu
h. Indikator berkomunikasi:
- Mengikuti penjelasan secara verbal.
- Menjelaskan kegiatan secara lisan, menggunakan diagram.
- Menggunakan tabel, grafik, model, dll, untuk menyajikan informasi.
- Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan informasi.
- Menghargai adanya perbedaan dari audien, dan memilih metoda yang tepat.
- Mendengarkan laporan, menanggapi dan memberikan saran.
- Memberi sumbangan saran pada kelompok diskusi.
- Menggunakan sumber tidak langsung untuk memperoleh informasi.
- Menggunakan teknologi informasi yang tepat.
3.
Fisika sebagai sikap
Dari penjelasan mengenai hakekat fisika sebagai produk
dan hakekat fisika sebagai proses di atas, tampak terlihat bahwa penyusunan
pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan,
pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan
proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran. Jadi dengan pemikirannya
orang bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan
kegiatan-kegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak
dalam bidang fisika itu menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran
mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur dan
terbuka serta mau mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang
kemudian memaknai hakekat fisika sebagai sikap atau “a way of thinking”.
Oleh para ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA
termasuk fisika di dalamnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide
dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh
sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi
rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat fisika sebagai sikap.
0 komentar:
Posting Komentar