1.
Perkembangan
peserta didik adalah mata kuliah yang mendukung kompetensi pedagogik, jelaskan
dan berikan contohnya?
Jika dilihat dari segi istilah, pedagogik sendiri
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu paedos (anak) dan agogos (mengantar,
membimbing, memimpin). Dari dua istilah diatas timbul istilah baru yaitu
paedagogos dan pedagog, keduanya memiliki pengertian yang hampir serupa, yaitu
sebutan untuk pelayan pada zaman Yunani kuno yang mengantarkan atau membimbing
anak dari rumah ke sekolah setelah sampai di sekolah anak dilepas, dalam
pengertian pedagog intinya adalah mengantarkan anak menuju pada kedewasaan.
Istilah lainnya yaitu Paedagogia yang berarti
pergaulan dengan anak, Pedagogi yang merupakan praktek pendidikan anak dan
kemudian muncullah istilah Pedagogik yang berarti ilmu mendidik anak.
Ada beberapa tingkatan dalam pendidikan, sehingga
menimbulkan cabang ilmu pendidikan yang dikembangkan para ahli yaitu pendidikan
pada anak yang disebut Pedagogik, ilmu pendidikan bagi orang dewasa yang
disebut Andragogi serta pendidikan bagi ilmu pendidikan manula yang disebut
Gerogogi.
Menurut M.J. Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika
anak telah mengenal kewibawaan, syaratnya yaitu terlihat pada kemampuan anak
memahami bahasa, karena sebelum itu dalam pedagogik anak tidak disebut telah
dididik yang ada adalah pembiasaan. Sedang batas atasnya yaitu ketika anak
telah mencapai kedewasaan atau bisa disebut orang dewasa.
Pedagogik diperlukan dikarenakan 2 alasan, yaitu bahwa
pedagogik sebagai suatu sistem pengetahuan tentang pendidikan anak diperlukan,
karena akan menjadi dasar bagi praktek mendidik anak. Selain itu bahwa
pedagogik akan menjadi standar atau kriteria keberhasilan praktek pendidikan
anak. Kedua, manusia memiliki motif untuk mempertanggungjawabkan pendidikan
bagi anak-anaknya, karena itu agar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
praktek pendidikan anak memerlukan pedagogik sebagai landasannya agar tidak
jadi sembarangan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan
Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan
seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan
dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan
kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum
atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Contohnya seorang anak yang ketika dia berada di
sekolah anak tersebut menjadi seorang anak yang nakal akan tetapi ketika di
rumah anak tersebut menjadi anak yang sangat baik dan sopan. Hal itu kemungkinan besar terjadi dikarenakan
orang tua yang tidak mampu memahami kemauan anak dan tidak mampu memberikan
perhatian yang lebih sehingga dia mencariperhatian kepada oranglain dengan cara
yang salah.
2.
Jelaskan
secara singkat karakteristik perkembangan intelek remaja, dan bagaimana
aplikasinya di sekolah?
Istilah intelek berasal dari bahasa Inggris intellect
yang menurut Chaplin (1981) diartikan sebagai :
1.
Proses
kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan
menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
2.
Kemampuan
mental atau itelegensi.
Menurut Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa
“intelek” adalah akal budi atau inteligensi yang berarti kemampuan untuk
meletakkan hubungan dari proses berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang
yang intelligent adalah orang yang dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu
yang lebih singkat, memahami masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu
bertindak cepat.
Piaget membangi empat tahapan perkembangan
intelektual/ kognitif, yaitu (1) tahap sensori motoris, (2) tahap
praoperasional, (3) tahap operasional konkret dan (4) tahap operasional formal.
Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai perwujudan kemampuan
intelek individu sesuai dengan tahap perkembangannya.
Adapun karakteristik setiap tahapan perkembangan
intelek tersebut adalah sebagai berikut :
1.Karakteristik Tahap Sensori-Motoris
Tahap sensori-motoris ditandai dengan karakteristik
menonjol sebagai berikut :
a)
Segala
tindakannya masih bersifat naluriah
b)
Aktivitas
pengalaman didasarkan terutama pada pengalaman indra
c)
Individu
baru mampu melihat dan meresapi pengalaman, tetapi belum mampu untuk
mengategorikan pengalaman
d)
Individu
mulai belajar menangani objek-objek konkret melalui skema-skema
sensori-motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas
karakteristik tahap sensori-motoris ini, Piaget merinci lagi tahap
sensori-motoris ke dalam enam fase dan setiap fase memiliki karakteristik
tersendiri.
a. Fase pertama
(0-1 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a)
Individu
mampu bereaksi secara refleks
b)
Individu
mampu menggerak-gerakkan anggota badan meskipun belum terkoordinir
c)
Individu
mampu mengasimilasi dan mengakomodasikan berbagai pesan yang diterima dari
lingkungannya.
b. Fase kedua
(1-4 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema yang
dimilikinya berdasarkan hereditas
c. Fase ketiga
(4-8 bulan) memiliki karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami hubungan
antara perlakuannya terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d. Fase keempat
(8-12 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a)
Individu
mampu memahami bahwa benda tetap ada meskipun untuk sementara waktu hilang dan
akan muncul lagi di waktu lain.
b)
Individu
mulai mampu mencoba sesuatu
c)
Individu
mampu menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung kepada orangtua
e. Fase kelima
(12-18 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Individu mulai mampu untuk meniru
b) Individu mampu untuk melakukan
berbagai percobaan terhadap lingkungannya secara lebih lancar
f. Fase keenam
(18-24 bulan) memiliki karakteristik sebagai berikut :
a)
Individu
mulai mampu untuk mengingat dan berpikir
b)
Individu
mampu untuk berpikir dengan menggunakan simbol-simbol bahasa sederhana
c)
Individu
mampu berpikir untuk memecahkan masalah sederhana sesuai dengan tingkat
perkembangannya
d)
Individu
mampu memahami diri sendiri sebagai individu yang sedang berkembang
2. Karakteristik Tahap Praoperasional
Tahap praoperasional ditandai dengan karakteristik
menonjol sebagai berikut :
a) Individu
telah mengkombinasikan dan mentrasformasikan berbagai informasi
b) Individu
telah mampu mengemukakan alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide
c) Individu
telah mengerti adanya hubungan sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret,
meskipun logika hubungan sebab akibat belum tepat
d) Cara
berpikir individu bersifat egosentris ditandai oleh tingkah laku :
1) berpikir imajinatif
2) berbahasa egosentris
3) memiliki
aku yang tinggi
4) menampakkan dorongan ingin tahu
yang tinggi dan
5) perkembangan bahasa mulai pesat.
3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret
Tahap operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala
sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang
mereka alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak
meskipun cara berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami
konsep, individu sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah
memahami konsep kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan
sesuatu yang berkaitan dengan konsep tersebut.
4. Karakteristik Tahap Operasional
Formal
Tahap operasional formal ditandai
dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a)
Individu
dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
b)
Individu
mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
c)
Individu
mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis
d)
Individu
bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan
e)
Individu
mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri
tercapai
f)
Individu
mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang
dewasa
g)
Individu
mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di
lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.
Aplikasi
perkembangan intelek di sekolah yakni guru harus menciptakan suasana yang
nyaman untuk secara psikologis peserta didik, yakni:
· Pendidik
menerima peserta didik secara positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional
positive regard).
· Pendidik
menciptakan suasana dimana peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang
lain.
· Pendidik
memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan
perilaku peserta didik, dapat menempatkan diri dalam situasi peserta didik,
serta melihat sesuatu dari sudut pandang mereka (empathy).
· Memberikan
suasanan psikologis yang aman bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya
sehingga terbiasa berani mengembangkan pemikirannya sendiri.
3.
Jelaskan
secara singkat karakteristik perkembangan emosi remaja, bagaimana aplikasinya
dalam pendidikan?
Emosi adalah suatu respons terhadap suatu perangsang
yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya
mengandung kemungkinan untuk meletus,yang dapat terjadi baik terhadap
perangsang–perangsang eksternal maupun internal (Soegarda Poerbakawatja,
1982).
Remaja
sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah penting
(Jersild, 1957: 133). Beberapa kondisi
emosional antara lain:
a.
Cinta / kasih sayang. Faktor penting dalam kehidupan remaja
adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk
mendapatkan cinta dari orang lain. Tampaknya tidak ada manusia, termasuk
remaja, yang hidup bahagia dan sehat tanpa mendapatkan cinta dari orang lain.
Para remaja yang berontak secara terang-terangan nakal dan mempunyai sikap
permusuhan besar kemungkinan disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai
yang tidak disadari.
b.
Gembira. Rasa gembira akan dialami apabila segala
sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan
jika ia diterima sebagai sahabat, atau bila jatuh cinta dan cintanya itu
mendapat sambutan (diterima)oleh yang di cintai.
c.
Kemarahan dan Permusuhan. rasa
marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan
yang menonjol dalam perkembangan kepribadian melalui rasa marahnya seseorang
mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Sikap-sikap permusuhan mungkin berbentuk dendam, kesedihan, prasangka, atau
kecenderungan untuk merasa tersiksa.
d.
Ketakutan dan kecemasan. Ketakutan
muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa tidak berani yang bersamaan
dengan perkembangan remaja itu sendiri. Biasanya para remaja merasa takut hanya
pada kejadian-kejadian bila mereka merasa bahaya. Satu-satunya cara untuk
menghindarkan diri dari rasa takut adalah menyerah pada rasa takut, seperti
terjadi bila seorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa yang
Semarang atau masa depan yang tidak menentu.
Aplikasi
dalam pembelajaran misalnya seorang anak yang sangat malu atau tidak percaya
diri untuk mengemukakan ide/gagsannya dikarenakan malu atau takut dicela dengan
pengrahan yang baik oleh guru semakin lama anak tersebut mulai berani untuk
berbicara di depan murid lain dan bahkan di depan orang banyak sekali pun.
4.
Jelaskan
secara singkat karakteristik perkembangan bahasa anak remaja, dan bagaimana
aplikasinya dalam pembelajaran?
Perkembangan
bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan
bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di mana
mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari
pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku bahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengkutip
proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui, dilembaga pendidikan diberikan
rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaedah yang benar. Proses
pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata,
tetapi juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk
perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam masyarakat (teman sebaya)
terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai
pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari kelompok
itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus,
seperti istilah baceman dikalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal
ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus untuk kepentingan khusus
pula.
Aplikasi
dalam proses pembelajaran di sekolah adalah guru membuat kelompok belajar yang
anggotnya terdiri dari anak-anak yang bervariasi bahasanya sehingga memperkaya
kosakata tiap anak. Pertama, anak perlu
melakukan pengulangan (menceritakan kembali) pelajaran yang telah diberikan
dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri. Dengan cara ini
senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat kemampuan
bahasa murid-muridnya. Kedua,
berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan
menambahkan perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara
tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi pelajaran yang telah
dipercaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya, sehingga para murid
mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah
dipelajari dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
5.
Jelaskan
secara singkat karakteristik perkembangan bakat anak remaja, dan selanjutnya
apa yang dapat guru lakukan dalam perkembangan bakat tersebut?
Bakat
adalah kemampuan ilmiah atau bawaan untuk memperoleh pengetahuan atau
ketrampilan yang bersifat umum dan khusus(talent). Bakat memerlukan latihan dan
pendidikan agar suatu tindakan dapat
dilakukan di masa akan datang. Hal-hal
yang dapat memupuk bakat anak yakni pendidik dapat menerima sebagaimana adanya
dan pendidik menciptakan suasana yang nyaman bagi peserta didik.
6.
Bagaimana
karakteristik perkembangan sosial anak remaja, dan bagaimana aplikasinya dalam
pendidikan?
Remaja adalah tingkat perkembangan anak yang telah
mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada
jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi social
dan pergaulan remaja telahcukup luas.
Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai
memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma
yang berlaku sebelumnya di dalam keluarganya. Pergaulan dengan sesame remaja
lawan jenis dirasakan yang paling penting tetapi cukup sulit, karena di samping
harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja, juga terselip pemikiran
adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup.
Kehidupan sscial pada jenjang remaja ditandai dengan
menonjolnya fungsi intelektual dan emosional.
Seseorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial tertutup
sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Pergaulan remaja banyak
diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar.
Baik di dalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi
oleh remaja dan paling rum it adlah factor penyesuaian diri.
Perkembngan social berpengaruh pada tingkah laku
seorang murid. Misalnya ketika guru
mengadakan tugas berkelompok belajar banyak sekali murid yang menentukan
anggota kelompok yang memiliki kesamaan pemikiran Sehingga ketika kelompok itu belajar itu anggotanya
ditentukan oleh guru, murid yang tidak memiliki kesamaan pemiran tadi tidak
dapat bekerja sama secara maksimal dengan murid lain..
Sumber:
Sunarto, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
7.
Kemukakan
perbedaan dan persamaan antara kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual, dan
bagaimana aplikasi perkembangan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dalam
bidang pendidikan?
Perbedaan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan
spiritual dapt kita lihat pertama kali dari pengetiannya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali dan menegelola perasaan sendiri orang dan orang lain serta
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadukan pikiran dan tindakan.
Jadi orang
yang cerdas secara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan,
tetapi juga memahami apa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti orang lain
melihat kita, mampu memahami orang
lain seolah-olah apa yang dirasakan orang itu kita rasakan juga.
Namun
kecerdasan emosi tersebut harus pula didasari oleh kesadaran akan kebenaran
sejati yang didorong oleh kekuatan dan kesadaran untuk merasakan,
mendengar dan melihat ‘kekuatan lain’ yang tersembunyi, kekuatan yang
paling berhak menentukan berhasil tidaknya usaha seseorang. Faktor inilah yang
disebut SQ (Spiritual Qotien) atau kecerdasan spiritual atau kecerdasan jiwa.
SQ membantu orang untuk menerapkan nilai positif di hidupnya serta memahami
makna hidupnya dan merasakan kebahagiaan.
Sumber:
Anonim.2010.kecerdasan spritual dan
kecerdasan emosi.id.shvoong.com. diakses
tanggal 17 mei 2012, jam 13:12.
Anonim. 2011. Kecerdasan spiritual.
ilmupsikologi.wordpress.com. diakses tanggal 17 mei 2012, jam 13:12.